Sandiaga pun kian menegaskan bahwa pariwisata Indonesia harus berubah dari hanya menghitung kuantitas menuju penghitungan berbasis kualitas. “Oleh karena itu, data tersebutlah yang menentukan tren ini menguat,” terangnya.
Terkait proses kurasi pelaku usaha yang menerapkan pariwisata hijau, dikatakan Sandi, ini terjadi dalam kolaborasi pentaheliks. “Bukan hanya pemerintah, tapi juga para pegiat dari institusi pendidikan, mahasiswa, para ahli, juga dari dunia usaha, komunitas, dan juga media. Kolaborasi pentaheliks ini bisa mengurasi,” lanjutnya.
Dikatakannya, ia melihat contoh pariwisata hijau yang kongkret adalah desa wisata. Salah satu percontohannya ketika berkunjung ke daerah Bandung dan sekitarnya adalah Desa Wisata Alamendah.
“Bisa jadi contoh pariwisata yang berbasis masyarakat, berkeadilan, berkelanjutan, dan juga menerapkan prinsip-prinsip pariwisata hijau,” kata Sandi.
Di sisi lain, melihat data carbon footprint global tourism, penerbangan yang berkontribusi dalam mengangkut wisatawan. Begitu pula dengan food loss dan food waste, melalui pengelolaan sampah yang jauh lebih baik, penggunaan energi baru dan terbarukan, dan mendorong penggunaan air yang lebih berkeadilan dan bijaksana.