Total, Khadir memboyong 40 karya lukisan kanvas dan gambar kertas, ditambah 18 patung figur orang-orang pasar yang jadi tema utama dalam pameran tunggalnya. “Pasar ini maknanya luas sekali, dan kebetulan, ibu saya adalah seorang pedagang pasar tradisonal,” sebutnya. “(Melalui pameran ini), saya juga mau bawa orang pasar masuk metropolitan.”
Selaras dengan gagasan itu, Alwi Sjaaf, sosok di balik PITA, sekaligus penyelenggara pameran Khadir Supartini, mengungkap ingin menyerukan gagasan bahwa sudah seharusnya kehidupan kota jadi lebih kaya karena “dimiliki” manusia. “Semua orang punya hak menikmati dan mempelajari apa itu seni,” sebut dia di kesempatan yang sama.
Alwi melanjutkan, “Gedung di kota biasanya terkesan sangat eksklusif. Orang tidak boleh (sembarangan) masuk. Apa benar kota kita harus seperti itu? Mengapa jadi sangat susah terkoneksi?” Berangkat dari pertanyaan itu, pria yang berprofesi sebagai desiner interior itu mengaku terkesan dengan bagaimana Khadir menceritakan kehidupan melalui karya seni.
Dengan berpameran di PITA, yang notabene merupakan furniture showroom, Khadir juga mengaku punya perspektif baru. Pasalnya, alih-alih galeri kosong tempatnya biasa pameran, karya lukisan dan patungnya ditata bersama ragam furnitur.