Sedangkan Maladewa dan sejumlah pulau di Samudera Hindia terancam tenggelam dan kehabisan sumber air bersih akibat naiknya permukaan air laut. Namun, presiden Maladewa yang baru telah membatalkan rencana relokasi warganya.
Mengutip laman Euronews, Kamis, 23 Novemeber 2023, Presiden Mohamed Muizzu berjanji bahwa negara yang berada di Samudera Hindia itu akan melawan ancaman iklim tersebut. Maladewa akan membuat proyek reklamasi lahan yang ambisius dan membangun pulau-pulau yang lebih tinggi.
Kelompok lingkungan hidup dan hak asasi manusia telah memperingatkan bahwa hal tersebut bahkan justru dapat memperburuk risiko banjir. Maladewa berada di garis depan krisis iklim.
Sebagai tujuan liburan kelas atas, Maladewa terkenal dengan pantai pasir putihnya, laguna berwarna biru kehijauan, dan terumbu karang yang luas. Dalam beberapa tahun terakhir, rangkaian 1.192 pulau-pulau kecil berada di garis depan krisis iklim dan berjuang untuk bertahan hidup.
Mantan Presiden Mohamed Nasheed memulai pemerintahannya 15 tahun lalu dengan memperingatkan warganya bahwa mereka mungkin akan menjadi pengungsi lingkungan hidup pertama di dunia yang harus direlokasi ke negara lain.
Dia ingin Maladewa mulai menabung untuk membeli tanah di negara tetangga seperti India, Sri Lanka, atau bahkan jauh di Australia. Namun presiden yang baru, yang meminta dana asing sebesar 500 juta euro untuk melindungi pantai rentan, mengatakan warganya tidak akan meninggalkan Tanah Air mereka.