Pemerintah kota Seoul juga mengatakan akan memberi dukungan pengendalian hama untuk unit perumahan kecil yang dikenal sebagai jjokbang atau gosiwon, yang biasanya berukuran sekitar 3–6 meter persegi, dan menampung beberapa penduduk termiskin di Seoul.
Sementara itu, Lee Si Hyeock, seorang profesor Bioteknologi Pertanian di Universitas Nasional Seoul, mengatakan, para peneliti telah melihat resistensi yang kuat terhadap insektisida “bahkan jika mereka direndam dalam larutan dengan konsentrasi tinggi.”
Meski sebagian besar wilayah negara ini telah bebas dari kutu busuk dalam beberapa tahun terakhir, tidak sepenuhnya demikian, kata Lee Hee Il, direktur divisi Penyakit Vektor dan Parasit, di KDCA. Ia berpendapat bahwa faktor-faktor di balik wabah ini dapat mencakup peningkatan perjalanan pasca-COVID dan meningkatnya resistensi serangga terhadap tindakan pengendalian hama.
“Kutu busuk mulai kebal terhadap insektisida yang biasa kita gunakan, jadi solusi paling efektif saat ini adalah pemanasan. Ternyata suhu sekitar 45 derajat celcius bisa membunuh serangga dan telurnya,” kata Lee.
Ia mengatakan, penggunaan pengering atau setrika bisa jadi metode yang efektif untuk membasmi kutu busuk dan telurnya dari kain. Dalam “Pedoman Pencegahan dan Respons Kutu Busuk,” Pemerintah Kota Seoul menganjurkan tidak membawa barang-barang yang berisiko tertular ke dalam rumah mereka.
Dikatakan barang-barang berisiko tinggi termasuk furnitur bekas dan buku-buku tua. “Memperbaiki area yang rusak seperti retakan dan kertas dinding dapat meminimalkan potensi habitat kutu busuk,” tambahnya.