Awalnya, Joko menginisiasi berdirinya Kelompok Karya Muda Dukuh Gumuk, Desa Mriyan, yang terdiri dari 11 pemuda desa pada 2016 untuk melakukan konservasi anggrek spesies khususnya di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi yang hampir punah.
Saat ini sudah ada puluhan pohon anggrek Merapi yang dikembangkan oleh kelompok warga Mriyan, Boyolali. Anggrek tersebut terdiri dari 23 varian, salah satunya Vanda tricolor. Joko mengatakan jumlah varian anggrek Merapi seharusnya ada lebih dari 130 jenis.
Namun kopi tetap jadi produk unggulan. Selain dibeli oleh sejumlah produsen kopi terkemuka, mereka juga menjualnya secara eceran dan membuka kedai kopi di salah satu rumah warga. Suasana desa yang asri dan udara yang dingin meski di siang hari membuat kedai kopi ini termasuk ramai pengunjung, apalagi saat banyak wisatawan datang. Kedai tersebut juga menyediakan berbagai camilan seperti kue-kue tradisional untuk disantap.
Di sini memang udaranya dingin, di siang hari yang terik aja hawanya tetap dingin, jadi banyak yang minum kopi di sini. Kopinya kita roasting sendiri jadi benar-benar masih alami. Kita juga sediakan teh buat pengunjung yang tidak suka kopi,” terang Abdul, salah seorang pengelola kedai Kopi Gumuk.
“Kita juga menjual beberapa produk dari kopi Gumuk. Harganya cukup terjangkau, jauh lebih murah dari yang dijual di toko atau kafe, dan rasanya masih alami tanpa campuran bahan kimia dan pengawet,” lanjutnya berpromosi.