Komentar serupa juga datang dari anggota keluarga lainnya. Mereka sama-sama khawatir dan merasa kasihan dengan apa yang harus dialami oleh Gallear. Tiga bulan setelah insiden tersebut, kondisi bibir Gallear belum juga pulih sepenuhnya. Meski bengkak pada bibirnya sudah mulai berkurang, namun bibirnya masih terlihat tidak rata.
Gallear memutuskan untuk berbicara tentang pengalamannya ini bukan hanya sebagai ungkapan rasa frustrasi, tetapi juga sebagai upaya untuk menyadarkan banyak orang tentang pentingnya memahami risiko dan pertimbangan sebelum melakukan prosedur estetika.
“Ada begitu banyak informasi di luar sana. Jadi, ambilah waktu untuk memahaminya, jangan hanya tergiur oleh tawaran murah atau hasil instan,” ucapnya.
Gallear menambahkan, walaupun tujuan banyak orang melakukan filler adalah untuk mendapatkan penampilan yang lebih baik, namun keselamatan harus selalu menjadi prioritas. “Seandainya saya riset dengan lebih mendalam, mungkin saya tidak akan menghadapi kondisi seperti ini,” ungkapnya.
Kini, dengan pengalaman pahit yang dia alami, Gallear telah membuat keputusan tegas untuk menjauhkan diri dari segala bentuk filler atau bahan pengisi wajah.
“Setelah saya menemukan cara yang aman untuk menghilangkan filler dari bibir saya, saya berjanji pada diri sendiri untuk tidak pernah kembali menggunakan bahan pengisi lagi. Bagi saya, kesehatan dan keselamatan jauh lebih berharga daripada sekadar penampilan,” tuturnya.