Ahmed Al-Astal, warga setempat berusia 58 tahun, bersyukur keluarganya masih hidup, setelah berbulan-bulan pemboman yang telah menewaskan lebih dari 20.000 orang hingga saat ini. Namun genangan air limbah di sekitar rumahnya telah memicu ketakutan baru.
“Nyawa cucu-cucu saya dipertaruhkan,” kata Al-Astal.
Ahmed (4) dan Fatima (2) menghadapi ancaman jangka pendek berupa tenggelam di lautan air yang terkontaminasi ini dan ancaman jangka panjang berupa penyakit kronis. “Ahmed mengalami infeksi pernafasan dan saudara perempuannya mengalami ruam di sekujur tubuhnya, menurut dokter ini merupakan gejala penyakit kulit yang didapat dari lingkungan yang tercemar ini,” kata Al-Astal.
Sejak serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel yang menewaskan 1.200 orang, Israel membatasi pasokan bahan bakar yang masuk ke Jalur Gaza. Hal ini turut melumpuhkan sebagian besar utilitas dan layanan.
Kotamadya Khan Younis tidak mampu memompa limbah ke stasiun pengolahan di luar kota. Stasiun pengolahan limbah tidak berfungsi secara konsisten karena tidak ada bahan bakar untuk menggerakkan generatornya.
“Khan Younis hampir seluruhnya terendam air limbah,” kata Al-Astal, yang, seperti ribuan warga lainnya, terpaksa pindah ke Al-Mawasi, sebidang tanah seluas 8,5 kilometer persegi di pantai Gaza, yang digambarkan lebih kecil dari wilayah London di Bandara Heathrow.