“Hukuman kolektif dan kelaparan telah lama menjadi taktik genosida, dan akuntabilitas serta pengakuan atas taktik genosida ini adalah bagian penting dari lembaga internasional kami,” kata DAG dalam sebuah pernyataan yang diperoleh The New Arab.
“Dampak kelaparan dan dehidrasi di Gaza sangat serius, langsung dan mengerikan. Saat ini, pasokan makanan dan air bersih hampir tidak ada, dan hanya sebagian kecil dari bantuan yang diperlukan dapat menjangkau perbatasan,” lanjut keterangan itu.
Ditambahkan bahwa, “Para pemimpin Israel telah berjanji untuk menjadikan Gaza tidak dapat dihuni dan memutus makanan, air, listrik, dan bahan bakar adalah strategi kemenangan mereka.”
Ahli penyakit dalam dr. Maher Ali, dan dokter anak yang berbasis di Kota Gaza, dr. Faten Ali, yang juga merupakan anggota DAG, menggambarkan betapa parahnya situasi ini. Para dokter mengatakan bahwa hanya dengan satu potong roti per hari dan tidak tersedianya makanan kaleng dan makanan penting lainnya seperti susu, telur, dan keju, banyak orang terpaksa “mengemis makanan.”
Kedua dokter ini menyoroti bahwa meskipun tepung masih tersedia, harganya “sangat mahal”, yaitu 100 dolar AS untuk satu kantong. Kondisi ini menambahkan bahwa “pasar gelap untuk tepung telah muncul.”
“Realitas yang menghancurkan ini memberikan gambaran suram tentang perjuangan sehari-hari yang dihadapi masyarakat Gaza,” kata para dokter.