Di Mall Sampah, terdapat dua aplikasi yang dibuat untuk masyarakat dan mitra daur ulang. “Kolektor kita 70 persen punya gadget, tantangan untuk edukasi aja dan kalau tidak punya ada admin untuk proses penjeputan,” jawab Adi saat ditanya mengenai aksesibilitas penggunanya khuhusnya para pengepul.
Menurutnya kesadaran masyarakat semakin naik mengenai pemilahan sampah. Meski belum ada riset komperhensif tapi secara umum meningkat karena sudah ada akses lewat aplikasi Mall Sampah.
“Karena yang paling susah pengetahuan edukasi memilah dan bagaimana aksesnya. Jadi kita hadirkan akses itu ke masyarakat,” tukas Adi.
Sejak keberadaan Mall Samah yang menginjak tahun ke-8, setidaknya platform ini sudah memiliki 60 ribu pengguna di seluruh Indonesia. Tidak hanya di Makassar saja, Mall Sampah bahkan sudah beroperasi di Jakarta dan kota-kota besar lainnya.
“Sampai dengan saat ini tiap bulan kita menghasilkan 100 ton sampah yang bisa didaur ulang,” tambah Adi.
Terdapat dua akses yang diberikan untuk masyarakat bisa menyetorkan sampah. Pertama sistem pick up atau penjemputan yang mengandalkan kedekatan lokasi, lalu kedua dengan fitur drop off langsung ke gudang terdekat pengepul.
Tentu ada keuntungan yang didapat dengan menjadi pemakai Mall Sampah dengan prinsip ekonomi sirkular. “Kita ada dua metode pembayaran ke pengguna masyarakat, bayar langsung melalui cash dan poin Mall Sampah (MS Point) ini bisa diredem di aplikasi ke e-wallet populer,” papar Adi.
Ke depan, Adi melalui Mall Sampah berharap akan lebih banyak lagi menjangkau elemen masyarakat dan komunitas dengan memanfaatkan teknologi dan infrastruktur. Hal ini lantaran menurutnya Mall Sampah sudah punya akses yang bisa dimanfaatkan agar pengelolaan sampah jadi lebih efisien dan menguntungkan.